Berry Nahdian Forqan: Konsistensi dalam Pemilu: Perempuan Parlemen Harus Patuhi Kaidah Demokrasi, Bukan Menyalahgunakan Kewenangan
jelajahkalimantannews.com, Banjarmasin – Sejumlah tokoh dan aktivis terkemuka Kalimantan Selatan menyatukan tekad dalam acara Silaturahim Syawal dengan tema “Urun Rembug Demokrasi Banua – Permasalahan & Gagasan”. Acara ini digelar pada Senin, 15 April 2024, Pukul 15.30 Wita, di Tradisi Kopi Pemurus Dalam.
Dalam acara yang dihadiri oleh DR. Syamsul Bahri (Anggota DPR RI), DR. Syubhan (Arsitek tata kota), Bery Nahdian Furgan (Sekretaris NU), Nurhalis Majid (Pegiat Demokrasi), Indra Gunawan (Pegiat Lingkungan), Yana (Intelektual perempuan), Sunarti (Pemred Perempuan), Khariadin (Jurnalis budayawan), dan Sukhrowardi (Aktivis politik), dibahas beragam isu terkait demokrasi di Banua.
Sementara Aktivis senior, Berry Nahdian Forqan, menyoroti peran kaum perempuan ataupun laki laki yang telah duduk di parlemen. Dalam sebuah pertemuan forum diskusi yang dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, Berry menegaskan pentingnya mematuhi kaidah demokrasi, terutama dalam konteks konsistensi pemilu. “Para perempuan di parlemen harus menjadi teladan dalam tidak menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaan serta menjauhi praktik kongkalikong yang merugikan prinsip demokrasi,” ujar Berry.
Menyiasati Kemunduran Ekonomi Politik, dalam sebuah forum diskusi terkait ekonomi politik di Kalimantan Selatan (Kalsel), muncul gagasan yang menarik dari seorang aktivis Berry.
Berry Nahdian Forqan menyampaikan pandangannya tentang kondisi ekonomi politik yang menurun secara signifikan di Kalsel, dengan menggambarkannya sebagai “tajun ciruk” (red Bahasa Banjar) yang artinya kemunduran yang sangat parah.
Menurut Berry, kondisi ini memunculkan kebutuhan akan alternatif-alternatif yang bisa memperbaiki situasi, khususnya dalam menjaga demokrasi agar tidak disalahgunakan atau berubah menjadi oligarki.
Salah satu ide yang dia usulkan adalah melalui penguatan partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi. Dengan melibatkan masyarakat lebih aktif, diharapkan demokrasi dapat lebih berjalan sesuai dengan prinsip-prinsipnya, bukan hanya menjadi alat kekuasaan segelintir orang atau kelompok.
Selain itu, Berry juga menyoroti perlunya reformasi dalam sistem politik dan ekonomi lokal untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas. Ini termasuk memperkuat lembaga-lembaga kontrol dan pengawasan yang dapat menghindari penyalahgunaan kekuasaan.
Dengan mengusung gagasan ini, Berry berharap Kalsel dapat keluar dari kemunduran ekonomi politiknya dan menuju arah yang lebih baik, di mana demokrasi tidak hanya menjadi slogan kosong tetapi benar-benar dijalankan untuk kesejahteraan bersama.
Berry Nahdian Forqan juga menyoroti pentingnya moralitas dan integritas dalam kepemimpinan perempuan di parlemen. Menurutnya, integritas dan moralitas yang tinggi akan memastikan peran perempuan di parlemen dapat memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan negara. “Kita harus memastikan bahwa perempuan di parlemen tidak hanya dikenal sebagai pengambil kebijakan, tetapi juga sebagai teladan moral bagi generasi muda,” tambahnya.
Moderator acara, Rofi Zardaida dari Pengasuh Rubrik Al Banjari Kalimantan Post, memastikan diskusi berjalan lancar dan menghasilkan gagasan-gagasan segar untuk memajukan demokrasi dan permasalahan di wilayah tersebut. (Nd_234)