Liur Walet Sebagai Potensi Andalaan Warga Kotabaru
jelajahkalimantannews.com, Kotabaru – Burung walet atau disebut juga burung layang-layang adalah jenis burung yang memiliki sayap cukup lebar dibanding ukuran tubuhnya. Burung ini memiliki sayap runcing dengan warna tubuh bagian atas hitam dan coklat pada bagian bawah.
Habitat burung walet berada di wilayah pantai atau pemukiman dan menghuni gua-gua, bangunan kosong, serta ruang besar lainnya. Burung ini biasanya hidup berkelompok dan membentuk sarang dari air liur mereka yang mengeras. Nah, sarang burung walet inilah yang banyak diperjualbelikan untuk dikonsumsi, kesehatan, kecantikan, dan manfaat lainnya.
Warga di Kabupaten Kotabaru khususnya yang ‘berkantong tebal’ ramai-ramai menginvestasikan modalnya untuk membuat sarang burung walet. Mereka tergiur bisnis liur yang memiliki harga jual cukup tinggi tersebut.
Bukan hanya di sekitar ibu kota kecamatan atau sentral ekonomi saja, bangunan sarang walet juga marak ditemukan hingga ke pelosok desa.
Memasuki pasca lebaran Idul Fitri tahun ini para petani walet khususnya daerah Kotabaru masih bisa tersenyum manis sekalipun di tengah cuaca yang demikian panas ekstrem hasil panen walet mereka tidak ada perubahan.
Amat kurdi salah satu petani yang kami jumpai bercerita sekalipun ada penurunan harga pasca lebaran ini ia masih bisa tersenyum karena kualitas walet nya kebanyakan adalah mangkok dengan warna yang putih cerah kapas
Saat ini bisnis sarang burung walet cukup banyak digeluti masyarakat lantaran menjadi salah satu investasi yang sangat menguntungkan.
“Awalnya saya terpengaruh setelah melihat hasil panen teman saya. Bayangkan saja, dalam sebulan dua gedung waletnya bisa menghasilkan uang Rp 100 juta lebih,” ungkapnya, Senin (1/5/2023)
Dirinya sempat ragu menginvestasikan modalnya untuk membangun sarang walet, lantaran pernah mendapat informasi bahwa burung walet memiliki siklus migrasi selama 15 tahunan.
Walet budidaya saat ini, katanya, merupakan burung yang berasal dari kawasan perbukitan atau pegunungan.
“Tapi saya beranikan diri membangun walaupun dengan modal pas-pasan, karena teman saya itu membangun sarang baru lagi. Artinya usaha ini memang sangat menguntungkan sekali,” bebernya.
Menurutnya, investasi tersebut sangat menguntungkan meskipun dengan modal yang tergolong cukup besar.
“Satu sarang dengan material bata ukuran 6×12 meter dengan tinggi 15 meter bisa menghabiskan dana Rp 400 jutaan. Kalau desain, suara, suhu, dan kelembapan sesuai, biasanya burung mulai bersarang mulai enam hingga satu tahun,”sebutnya.
Perwakilan Pengusaha Sarang Liur Walet, Galuh menyampaikan bagi sebagian warga Kotabaru selain berkebun sawit, hasil pertanian walet sangatlah menjanjikan satu kilo walet saja itu sudah mendapatkan duit mereka sekitar 8 juta sampai 9 juta sekali panen.
“Liur Walet sebagai Potensi Andalaan warga Kotabaru,” ungkap Galuh.
Lanjut Galuh, tingginya harga sarang burung walet saat ini telah memancing niat jahat para pencuri. Apalagi bangunan sarang walet yang berada jauh dari permukiman penduduk (Nd)